Friday, December 19, 2025

Simfoni Tengah Malam di Rest Area

Waktu menunjukkan pukul 00.30 WIB. Di saat sebagian besar penghuni bumi terlelap, bus kami perlahan melambat, memberikan sinyal belok menuju gemerlap lampu rest area. Deretan armada Rosalia Indah lainnya sudah tampak terparkir rapi, seperti raksasa yang sedang beristirahat sejenak.

Pintu bus terbuka, menyambut kami dengan udara malam yang dingin. Ratusan penumpang—termasuk saya dari kursi 8C—berhamburan keluar dengan langkah yang sedikit kaku setelah berjam-jam duduk. Tujuan kami satu: sebuah ruang besar yang terang benderang, di mana aroma makanan mengepul menggoda selera.

Suasana di dalam ruang makan itu begitu hidup. Antrean mulai mengular di sudut-sudut strategis; dari kamar mandi untuk sekadar membasuh muka, hingga musala untuk menunaikan kewajiban. Namun, denyut nadi utama ruangan ini ada di meja prasmanan.

Tumpukan piring yang semula menjulang, seketika berpindah ke tangan-tangan lapar. Kursi-kursi kayu yang tadinya kosong dan dingin, kini hangat oleh obrolan tipis para musafir. Suara tapak kaki yang riuh saat masuk tadi, kini perlahan tenggelam oleh simfoni alat makan: dentingan sendok yang beradu dengan piring porselen, serta gemerincing gelas-gelas kaca saat pramusaji dengan cekatan membersihkan meja.

Di tengah riuhnya suasana, saya menyempatkan diri menyeruput teh hangat. Di balik kaca jendela resto yang berembun, saya memandang deretan bus yang siap melanjutkan estafet perjalanan. Perut yang kenyang dan hati yang tenang menjadi bekal utama untuk menempuh sisa jalur Trans Jawa menuju Solo, sebelum akhirnya menyambung langkah ke Kota Malang.

Perjalanan ini bukan lagi soal mencapai tujuan, tapi tentang menikmati setiap detak kehidupan di sepanjang jalurnya.


No comments: