Saturday, December 27, 2025

Selamat pagi Lampung

Pukul 05:49 WIB, suara operator kapal memecah lamun pagi, menginstruksikan para penumpang untuk segera kembali ke kendaraan masing-masing. Seketika, ketenangan di ruang lesehan pecah. Arus manusia bergerak serentak menuju pintu keluar, menciptakan kepadatan yang menyesakkan dan antrean yang mengular panjang.

​Dua tangga besi yang curam menjadi tantangan terakhir sebelum kami bisa kembali ke pelukan bus Agra Mas. Di tangga kedua, langkah-langkah kami kembali terhenti. Antrean membeku, macet total. Namun, kali ini tidak ada gerutu yang terdengar. Rasa jenuh yang biasanya menyergap dalam antrean panjang mendadak meleleh dan sirna oleh sebuah pemandangan di cakrawala.



​Di celah pintu keluar kapal, fajar menyapa dengan keanggunan yang luar biasa. Matahari terbit muncul dengan warna jingga yang membara, menyembul perlahan dari balik garis laut yang tenang. Inilah matahari yang sama yang beberapa hari lalu "bersembunyi" di balik kabut tebal Bromo, matahari yang gagal kami dapati meski sudah menahan dingin yang menusuk tulang.


​Semesta seolah menyimpan cahaya itu untuk diberikan di waktu yang berbeda. Jika di Bromo kami mendapati kegelapan kabut, di Selat Sunda kami dihadiahi simfoni cahaya yang membasuh seluruh kelelahan perjalanan. Matahari itu nampak seperti emas cair yang tumpah di permukaan air, mengiringi kapal yang mulai merapat di dermaga Bakauheni.

No comments: