Wednesday, December 24, 2025

Simfoni Pagi di Lintasan Araya

Jarum jam baru saja menyentuh angka 04:46, saat semesta masih dibungkus selimut abu-abu yang tipis. Dari titik awal di Jl. H. Alwi Atas  Sumber Bening, saya mulai melangkahkan kaki. Udara Tirtomoyo yang segar terasa seperti air es yang membasuh paru-paru, memberikan suntikan energi instan di setiap tarikan napas.





Sepanjang perjalanan menuju kawasan Golf Araya, jalanan perlahan mulai "terbangun". Langkah kaki saya yang berirama konstan menjadi bagian dari harmoni pagi itu. Saya berpapasan dengan sesama pelari yang napasnya menderu bak mesin pacu, serta para pesepeda yang meluncur cepat seperti anak panah yang lepas dari busurnya, membelah kabut tipis yang masih menggantung di atas aspal.


Memasuki area di seberang sekolah dasar, pemandangan khas pagi hari tersaji dengan kontras yang menarik:

Di sisi kiri jalan, seorang pedagang ayam pedaging sibuk menata dagangannya. Deretan karkas ayam yang putih bersih tertata rapi di atas meja, nampak berkilat tertimpa cahaya lampu jalan yang mulai meredup.

Tepat di sebelahnya, seorang pedagang kue menjadi pusat gravitasi kecil. Wangi manis dari adonan tepung dan gula menggelitik indra penciuman, menggoda siapa pun yang lewat. Beberapa pembeli tampak mengerumuni lapak itu, menciptakan keriuhan kecil di tengah sunyinya pagi.


Selama 32 menit lamanya, otot-otot kaki saya bekerja secara mekanis, melintasi jarak 3,29 km. Keringat mulai merembes dari pori-pori, terasa hangat di tengah terpaan angin Pakis yang sejuk. Ketika rute ini berakhir, jantung saya berdegup kencang—seperti tabuhan genderang yang merayakan kemenangan kecil atas rasa kantuk dan gravitasi tempat tidur.

Pagi itu bukan sekadar tentang angka di aplikasi lari, melainkan tentang menyaksikan bagaimana Malang mulai memutar rodanya kembali.


No comments: