Saturday, December 20, 2025

Simfoni Literasi di Kota Apel: Catatan Perjalanan Kopdar KBMN 4

Ketika jarum jam merangkak ke angka 01.35 WIB, saat dunia sedang pulas dalam pelukan mimpi, grup WhatsApp KBMN 4 justru berdenyut kencang bak jantung yang terpompa semangat. Cahaya layar ponsel berpijar di tengah kegelapan, menampilkan deretan nama yang saling menyapa. Bunda Sri Sugiastuti, sang "dirigen" grup, dengan jemari yang menari lincah, memastikan tak ada satu pun pejuang literasi yang tertinggal di luar gerbang koordinasi.


Pukul 02.14 WIB, kereta api menderu, membelah keheningan malam dengan pekikan klaksonnya yang parau. Stasiun Malang Kota Baru menyambut kami dengan pelukan udara dingin yang menusuk hingga ke tulang, seolah ingin menguji ketangguhan para penulis ini.

 "Malam ini Malang menjadi kota terindah karena mempertemukan kita," tulis Bu Sri. Kalimat itu bukan sekadar rangkaian kata, melainkan metafora bagi kerinduan yang akhirnya tuntas di titik temu.


Lantai mushollah yang dingin seperti pualam menyentuh telapak kaki, namun suasana di dalamnya justru hangat oleh deru tawa dan sapaan. Bau harum minyak telon bercampur aroma kopi samar-samar tercium di udara.

Pukul 03.00 WIB, kerumunan mulai memadat. Terjadi "perang" keceriaan—sebuah hiperbola untuk menggambarkan betapa hebohnya rombongan Banjarnegara dan Soloraya. Barang bawaan mereka menggunung, seolah ingin membawa seluruh isi rumah demi kenyamanan kawan-kawan di Batu. Para porter berseliweran, gerobak mereka berderit memecah sunyi, membawa beban-beban rindu dalam bentuk koper dan kardus oleh-oleh.

Menjemput Fajar di Kota Batu

Saat adzan Subuh berkumandang, suara muadzin mengalun syahdu, membasuh lelah setelah perjalanan panjang. Usai bersujud, armada jemputan dari BBGP Jawa Timur telah berderet rapi, siap membawa kami mendaki menuju Kota Batu.


Perjalanan menuju Batu adalah pendakian menuju puncak kreativitas. Kita tidak hanya akan melihat kebun mangga dan jeruk yang daun-daunnya melambai genit ditiup angin pegunungan, tetapi juga akan memanen ide-ide segar.

Bagi kami, setiap langkah ini adalah tinta yang tumpah di atas kertas kehidupan. Seperti kata teman-teman di grup, perjalanan ini adalah sekolah kehidupan yang nyata, di mana orang-orang hebat berkumpul bukan untuk saling mengalahkan, melainkan untuk saling menghebatkan.

Selamat ber-Kopdar! Biarlah pena kita menari lebih lincah daripada dinginnya kabut Kota Batu pagi ini.


No comments: