Menjelang magrib berbekal aplikasi ojek online, penulis meluncur ke Masjid Agung Asy-Syuhada, Sebuah masjid yang sangat megah, memiliki dinding dan lantai marmer, kusen jendela dan pintu terbuat dari kayu dengan ornamen kaca patri dan ukiran jati. Interior kubahnya berwarna biru. Tiang-tiang utama berbentuk bulat juga berlapis marmer. Akses menuju ke lantai dua terdapat di sisi kiri-kanan dari bagian luar, berhadapan langsung dengan alun-alun Pamekasan.
Setelah mengikuti shalat magrib, penulis berjalan mengikuti panduan Google Map untuk menikmati makan malam di rumah makan Niaga. Sebuah rumah makan masakan khas Padang yang tak jauh dari masjid ini.
Di pintu masuk sebelah kanan tampak etalase berisi lauk siap saji, saat masuk ke ruagan disambut dengan ruangan menampilkan warna-warna cerah hijau, kuning, merah dan pink. Namun warna merah tetap dominan sangat kontras dengan warna lantai keramik putih. Separuh dinding bagian bawah berwarna merah, demikian juga meja dan kursi.
Berupaya keras menampilkan suasana kota Padang dengan berbagai print out banner landscape kota di Sumatera Barat, juga banner Jam Gadang dan Rumah Gadang.
Suasana cukup ramai saat penulis hadir setelah shalat Maghrib. Tampak rombongan 6 orang terdiri 1 pria dan 5 wanita dewasa, serta 2 orang anak. Di sudut lainnya tampak 2 orang wanita dewasa dan seorang anak.
Sementara pengunjung yang take away (bungkus) datang silih berganti ini rupanya merupakan peak hour saatnya makan malam. Sama sekali tidak terdengar dialog dalam bahasa Padang. Petugas justru fasih sekali berbicara dalam bahasa Madura.
Sesekali menyapa pengunjung bahasa Indonesia, tergantung penampilan masing-masing pengunjung. Tidak seperti rumah makan Padang yang penulis kenal sebelumnya dimana setiap pengunjung selalu diberikan mangkuk air untuk cuci tangan dan segelas air teh atuah air putih tawar, disini pengelola menyediakan kran air untuk cuci tangan disertai dengan sabun cair dan lap tangan.
No comments:
Post a Comment