Monday, June 26, 2023

Selamat menempuh hidup baru, Intan

Sebenarnya undangan resepsi pernikahan pada hari Senin, 26 Juni 2023. Tetapi belum ada pengumuman atau Surat Edaran untuk libur. Walhasil karena kami khawatir hari Senin tidak bisa hadir, maka kami memiliki untuk hadir lebih awal, Minggu, 25 Januari 2023. 

Intan adalah putri kedua dari Ibu Sumini. Ibu Sumini waktu sekolah di SPGN Metro tinggal di serumah dengan Istriku, Tri.

Jadi mereka seperti Kakak beradik. Usia mereka pun tak terpaut jauh. Dalam berbagai kesempatan layaknya saudara kami saling berkunjung.

Saat ini Sumini tinggal di Desa Toto Projo, Purbolinggo, Lampung Timur. 

Tak jauh dari Desa Toto Projo, Istriku Tri memiliki bibi yang juga tinggal di desa Tanjung Tirto. 

Jadi saat ada acara arisan keluarga dua bulanan kami sering berjumpa. 

Sumini sebelumnya sudah menyelenggarakan acara pernikahan anaknya yang pertama, namun waktu itu tidak menyelenggarakan pesta. 

Sebagai gantinya ia membuatkan anaknya sebuah rumah yang tak jauh dari rumah yang ia tempati saat ini. 

Sebenarnya kami berniat berangkat lebih awal supaya saat di jalan udara belum terlalu panas. Namun karena hujan turun sejak dini hari tadi membuat kami enggan untuk beranjak, akhirnya kami berangkat lebih siang. Kami bertiga aku, istriku dan anak perempuan kami, Dila, berangkat ke Metro sekitar pukul 6:30 pagi. Biasanya kami berangkat pukul 5:30 pagi.  

Screenshot Timeline Google Map, Minggu 25 Juni 2023, 195km

Setelah keluar gang kami berhenti sejenak di Pintu Gerbang Perumahan Nusantara Permai, ada sebuah kedai nasi uduk Abi dan Umi. Istriku turun untuk membeli seporsi nasi uduk lengkap dengan topingnya taburan bawang goreng (fried-onion), dan jajanan penyerta, bakwan dan tempe goreng (fried-tempe). 

Lanjut kami menyusuri Jl. Pangeran Tirtayasa lanjut naik jalan layang (fly over) antasari dan ambil putar balik (U-Turn) di depan Perumahan Bukit Kencana (dulu namanya Golden Hill), setelah ada seruan untuk menggunakan bahasa Indonesia untuk penamaan berbagai tempat. 

Masih di jalan pangeran antasari, menjelang fly over ambil serong kiri untuk masuk ke jalan Soekarno-Hatta, tak lama laju kami terhenti di lampu merah (traffic light) pertemuan jalan Urip Sumoharjo dan jalan Hendro Suratmin. Perjalanan lanjut kembali terhenti di lampu merah (traffic ligth) bundaran raden Intan (Raden Intan Roundabout), setelah melewati fly over Jl. Sultan Agung, fly over Jl. Ki Maja, Fly over Jl. Untung Suropati, dan Fly Over Jl. Komarudin. 

Kami kembali melaju ke arah Metro, melintasi Jl. Soekarno Hatta, setelah 20 kilometer kami melintasi Bandara Internasional Radin Inten II, Jembatan (bridge) Sungai Way Sekampung, Tegineneng (yang saat ini sedang direnovasi), lalu belok kiri (turn left) di Tugu Badik, dan lurus ke Metro, setelah melintasi Batanghari Ogan, Trimurjo, Simbarwaringin dan Tempuran. Kami menghabiskan waktu satu setengah jam untuk  tiba di Ganjar Agung, Metro yang jaraknya 49,8 kilometer. 

Ganjar Agung adalah rumah orang tua Istriku, namun kedua orang tuanya (parents) sudah wafat. Rumah (house) tersebut ditempati oleh Fenti, adik Istriku, bersama suaminya (husband), Toni. Mereka dikaruniai 3 orang anak (three children); Rara, anak perempuan saat ini berusia 13 tahun (thirteen years old). Hafizah, anak perempuan (daughter) lahir pada Februari 2021, dan Hafidz anak laki-laki (son) lahir Januari 2022. 

Jarak kelahiran yang kurang dari 1 tahun membuat kedua anak ini seperti anak kembar. Hafizah kurang begitu baik kesehatannya, sering sakit-sakitan, bahkan sudah beberapa kali dirawat inap (hospitalized) di rumah sakit (hospital).

Kondisi ini membuat Fenti harus berhenti bekerja karena mengurusi 2 orang balita (toddlers). Sebelumnya ia dipercaya oleh bibinya, Ibu Prof. Dr. Sowiyah, M.Pd. selaku Kepala SLB Insan Madani. Setibanya di Ganjar Agung aku segera berburu kuliner pagi di PARGOY, suatu pasar UMKM yang berada di jalan Joyodiharjo.

Menjelang pukul 10:00 pagi kami beranjak dari Jl. Joyo Diharjo No.62, Ganjaragung, Kec. Metro Barat, Kota Metro, Lampung  dan menempuh perjalan sejauh 47,5 kilometer untuk tiba di Desa Toto Projo Way Bungur, Lampung Timur (East Lampung Regency), Lampung usai melintasi Kota Sukadana, kami belok kiri menyusuri jalan lintas timur, dan belok kanan di pertigaan Way Bungur, dekat rumah makan Muntilan.  



Pukul 11:05 pagi, kami berempat, aku, istriku, Toni dan Ngati (kakak istriku) turun dari mobil dan menuju ke ruang tamu, dengan sumringah, Ibu Sumini didampingi anaknya, Intan dan suaminya menyambut kehadiran kami. 

Tak lama berselang, aneka suguhan dikeluarkan dan mendarat di meja yang berada di tengah ruang tamu, empat gelas (four glasses) minuman panas (hot drink), 2 gelas teh (tea) dan 2 gelas kopi (coffee), sepiring gemblong, sepiring bolu, lambang sari, tak ketinggalan makanan khas yang terbuat dari singkong, Klanting. "Monggo diunjuk (ayo diminum), dicicipi lho jajane," ujar Sumini.

Obrolan terus berjalan, hingga jajanan di beberapa piring yang tadinya penuh, sudah mulai berkurang banyak. Tampak di bagian dalam ruangan, tuan rumah menyiapkan makan siang, segera kami diminta pindah ke dalam menikmati makan siang di atas lantai, empat buah piring, sebakul nasi, sepiring ikan asin, sambal, jering, ikan goreng, ayam goreng, semangkok besar sop ayam, lalapan, kerupuk dan empat gelas air putih, telah hadir dihadapan kami. Kami duduk melingkar, aku, istriku, Toni dan Ngati, menikmati makan siang dengan lancar, bahkan kami berkeringat. 

Tak lama terdengar lantunan azan dhuhur, usai shalat dhuhur kami berpamitan, walaupun tuan rumah berusaha menunda kepulangan kami hingga menjelang ashar. Usai menyerahkan amplop sebagai bentuk dukungan penyelenggaraan resepsi pernikahan,  beberapa bungkusan diberikan kepada kami sebagai souvenir. 

Lalu kami berfoto, dan melanjutkan perjalanan kembali ke Kota Metro pada pukul 1:35 siang. 

Selamat menempuh hidup baru, Intan. 

 

Foto bersama Aku, Sumini, Tri, Ibu Sumini, Ngati, Intan dan Suami Sumini





No comments:

Post a Comment