Saturday, August 17, 2019

17 Agustus 2019

Upacara HUT RI baru saja usai, satu persatu guru dan pegawai melintasi pintu gerbang sekolah. Hari masih pagi, tak biasa mereka pulang sepagi ini.

Beberapa guru bersepakat "ngebolang". Sarasaran perjalanan mereka adalah kota Metro dan sekitarnya.

Mereka naik minibus berkapasitas 7 orang penumpang.

Dari sekolah mereka meluncur menuju gerbang tol kota baru, tentu saja mereka singgah di SPBU, lalu ke swalayan sekedar membeli cemilan untuk bekal di jalan.

Lima belas menit berlalu mereka sudah memasuki gerbang kota baru. Dengan menempelkan kartu e-money, gerbang tol terbuka .

Dengan kecepatan sedang, rombongan menyusuri jalan tol ke arah Palembang, gerbang keluar tol Natar telah terlewati, mereka terus melaju ke gerbang keluar tol Tegineneng Timur.

Tak lama berselang mereka sampai ke pintu keluar tol Tegineneng Timur, pengemudi minibus menjulurkan kartu ke alat pembaca kartu, sengaja dia mengambil lajur paling kiri dimana tertera "saldo" kurang.

Benar saja, saldo e-money tidak cukup untuk membayar biaya tol yang jumlahnya hanya rp 24.000,-. "Tunai aja, Mas!", seru petugas tol yang memperhatikan kami. Pengemudi sudah berulang-ulang menempelkan kartu e-money, namun palang pintu tol tidak juga terbuka.

Pengemudi menyerahkan uang rp 25.000,- "Maaf mas, kembaliannya tidak ada", kami pun meninggalkan gerbang tol lalu belok kiri ke arah Metro.

Dalam hitungan menit gapura perbatasan kabupaten Pesawaran dengan kabupaten Lampung Tengah tampak di depan mata. Kami berada di desa Batanghari Ogan Kecamatan Tegineneng, kabupaten Pesawaran.

Dua puluh meter dari gerbang perbatasan ini terdapat sebuah jembatan yang dikenal dengan julukan Jembatan Lengkung. Konon jembatan ini dibangun pada jaman Belanda.

Kami belok kanan melewati jembatan, menuju ke tempat wisata petik buah jeruk.

Tanpa babibu mereka masuk ke kebun jeruk dan memetik buah jeruk sesukanya.
Setelah petik buah, ketika mau dimakan...tiba-tiba ada  lemparan batu kerikil ke arah rombongan, sambil menyeringai mengerikan sang pemilik kebun berlari kecil ngos-ngosan minta bayar jerukn yang sudah dipetik.

Ternyata pengunjung harus masuk melalui pintu gerbang masuk yang telah ditetapkan dengan terlebih dahulu membayar Rp 10.000,-, mereka boleh makan sepuasnya. Jika ingin membawa pulang jeruk dibanderol Rp 10.000/kg.

Ehmm, wisata petik buah jeruk selesai, rombongan membeli beberapa kilo buah jeruk hasil petikan masing-masing, agenda berikutnya rombongan menuju kota Metro untuk makan siang dan sholat dzuhur di Masjid taqwa Metro.

Rute kembali Bandar lampung, mereka memilih melewati Bantul, Margoto, Sukadamai, Karang Anyar.



No comments:

Post a Comment